Wednesday, August 10, 2016

3 Dampak Buruk Membanggakan Anak yang Tidak Disadari Orangtua

Mohon maaf jika beberapa hari ini ayahnulis.blogspot.co.id tidak mengupdate artikel-artikel terbaru,

karena ada beberapa hal yang harus diselesaikan di dunia nyata. H-hee...


Sebelumnya, ada 2 hal yang ingin saya sampaikan tentang anak atau lebih spesifik lagi adalah buah hati kita.


Pertama: Kehadirannya membahagiakan

Tidak bisa dipungkiri bahwa bagi sepasang suami-istri, kehadiran seorang anak adalah hal yang sangat dinantikan di dalam kehidupan mereka.

Berapa banyak pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah namun masih belum juga dikaruniai momongan.

Bagi pasangan yang bersangkutan, hal ini bisa memicu efek psikologis, entah diakui atau tidak.

Belum lagi pertanyaan-pertanyaan “tajam” yang dilontarkan oleh orang-orang di lingkarannya.

“Kapan punya anak?”, atau “Sudah berapa anaknya sekarang?”

yang tentu saja semakin menambah beban bagi pasangan tersebut.

Nah, ketika kemudian kita dikaruniai oleh Tuhan seorang anak,

maka inilah suatu hal yang paling membahagiakan, yang mungkin sulit diungkapkan oleh deretan kata-kata.


Kedua: Prestasinya membanggakan

Kalau kehadirannya saja sudah membahagiakan, bagaimana jika seandainya di dalam perkembangannya ia memiliki “nilai lebih” dibandingkan dengan teman-teman sebayanya?

Tentu, sebagai orangtua kita memang pantas bersyukur.

Sebenarnya tidak ada larangan untuk mensyukuri rezeki yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Malah hal ini sangatlah dianjurkan oleh agama.

Namun yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa “mensyukuri” dan “membanggakan” memiliki definisi arti yang jauh berbeda,

meski di dalam praktek nyatanya justru batasan yang ada amatlah tipis.

Jika mau disandingkan,

biasanya SYUKUR itu bersifat “ke dalam”, sedang BANGGA lebih cenderung “keluar”.

Syukur itu dinikmati di dalam hati, sedang kebanggaan itu diberitakan ke tetangga-tetangga.

Maka ketika kita mencoba bersyukur dengan cara “keluar”, bisa jadi saat itulah kita terjebak ke dalam definisi membanggakan.

Kalau sudah membanggakan, maka tinggal satu klik saja kita sudah masuk ke dalam ketegori MENYOMBONGKAN.

Pernah dengan ibu-ibu yang berkumpul lalu masing-masing menceritakan keunggulan putra-putri mereka?

“Alhamdulillah, bu. Anak saya sudah bisa membaca meski umurnya baru 2 tahunan.”

“Anak saya itu aktif sekali lho, Jeng. Masa’ belum 1 tahun sudah jalan...”

Ini adalah sedikit contoh bagaimana orangtua membanggakan kelebihan anak-anak mereka.

Alih-alih menuai hasil yang positif, sikap bangga atas prestasi anak ini justru akan menimbulkan dampak yang tidak baik.

Berikut ini adalah akibat buruk yang tidak disadari orangtua karena membanggakan anak-anak.


1. Kebiasaan Membandingkan


Saat kita membanggakan kelebihan anak kita, maka yang terjadi sebenarnya adalah kita membandingkannya dengan anak lain (atau anak lawan bicara kita).

Kenapa membandingkan ini menjadi dampak yang buruk?

Ketika kita sudah terbiasa membandingkan anak kita dengan anak orang lain,

maka perhatian kita akan teralihkan.

Kita tidak lagi fokus memperhatikan anak sendiri, melainkan lebih konsentrasi pada anak orang lain.

Inilah yang menyebabkan perhatian kita terhadap anak sendiri menjadi berkurang.

Selain itu, dampak buruk dari kebiasaan membandingkan ini adalah perasaan tidak nyaman dari lawan bicara kita.

Jika kebetulan anak lawan bicara kita “lebih unggul” daripada anak kita, maka bisa jadi ia akan membantah atau mengkritisi pernyataan kita,

yang hal ini sangat mungkin memicu perdebatan dan pertengkaran.

Namun jika anak dari lawan bicara kita ternyata jauh di bawah prestasi anak kita,

maka yang terjadi biasanya adalah mereka akan memaksa atau menuntut agar anak mereka bisa sama seperti anak kita, atau bahkan lebih unggul.

Hal inilah yang menjadi penyebab anak tertekan dan terbebani.


2. Kebiasaan Menggunakan Tolok Ukur Anak Lain


Setiap anak itu memiliki kecerdasannya masing-masing.

Anda bisa baca tentang 9 macam tipe kecerdasan anak di sini.

Karena itu kita tidak bisa menilai kelebihan seorang anak diukur berdasarkan prestasi anak lain.

Jika hal ini yang terjadi maka kita sudah terjebak pada cara pandang bertingkat,

dimana si A dinilai lebih baik daripada si B, hanya karena si B tidak memiliki prestasi seperti si A.


3. Kebiasaan untuk Bersaing


Setelah membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain,

lalu menilai mereka dengan tolok ukur yang salah,

maka dampak selanjutnya yang akan muncul dari sikap membanggakan ini adalah kebiasaan untuk bersaing.

Berkompetisi dengan cara yang sehat tentu saja baik untuk perkembangan mental mereka.

Namun jika kebiasaan ini adalah karena “merasa kalah” dan ingin selalu lebih unggul daripada anak lain,

maka ini yang tidak sehat.

Persaingan semacam ini akan membawa “penyakit” baru di dalam dunia mereka, yaitu dendam.

Sehingga kemudian mereka lebih suka bertarung daripada berteman.


Tahan diri dari sikap membanggakan


Sebenarnya, ada satu hal yang bisa kita tanamkan ke dalam diri kita untuk menjaga kita dari sikap membangga-banggakan anak,

yaitu pemahaman bahwa mereka itu masih anak-anak.

Mereka masih dalam proses berkembang dan membentuk.

Karena itulah, masih terlalu dini bagi kita untuk membangga-banggakan mereka sekarang.

Kalau nanti mereka menjadi seperti apa yang kita banggakan, tidak jadi masalah.

Jika tidak? Kita dan mungkin juga mereka akan menjadi bahan ejekan orang lain.

Praise them it’s ok.

Tapi memuji pun jangan sampai merusak harga diri mereka,

dan jangan berlebihan yang membuat mereka menjadi sombong.

Ingatlah bahwa perjalanan mereka masih sangat panjang.

Mereka masih harus melewati banyak rintangan dan permasalahan.

Jadi daripada membangga-banggakan mereka, bukankah lebih baik kita fokus pada setiap tahap perkembangan mental mereka?


Cerita 1

Ada seorang ibu-ibu yang senang sekali menceritakan prestasi anaknya.

Bagaimana tidak, anaknya ini sudah hafal 3 juz Al-Qur’an meski usianya belum sampai 5 tahun.

Awalnya dia berpendapat prestasi itu perlu diceritakan agar menjadi motivasi bagi orangtua yang lain.

Namun beberapa waktu kemudian, anaknya ini tiba-tiba tidak mau lagi melanjutkan hafalannya. Meski si ibu sudah membujuknya dengan berbagai cara.

Ada semacam tekanan orangtua yang tidak bisa dihadapi oleh si anak.


Cerita 2

Ada seorang bapak yang seringkali membangga-banggakan anaknya di depan teman si bapak tersebut.

Tentang anaknya yang langganan juara, lalu mendapat bea siswa untuk masuk di universitas terkemuka, dan bla bla bla...

Namun bertahun kemudian, nasib bergeser.

Anak si bapak tadi sekarang hanya punya usaha kecil-kecilan di rumah, sedangkan anak temannya sering mendapat undangan ke berbagai negara untuk seminar atau mengajarkan ilmunya.

***

Sebenarnya jika kita mau membuka mata dan telinga, ada banyak cerita di sekitar kita yang bisa dijadikan contoh.

Tahanlah diri dari berbangga, karena sombong adalah teman dekatnya.

Syukuri dalam hati, nikmati di dalam sunyi.

Doakan mereka agar menjadi lebih baik,

dengan mengajarkan dan mencontohkan hal-hal yang baik.



Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

6 komentar:

  1. Benar juga ya anak itu jangan di bandingkan dengan orang lain, biarlah dia berkreasi sebebas mungkin

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena setiap anak itu unik, mas.

      dia mungkin lemah di satu bidang, tapi pasti ada bidang lain yg dia sangat cemerlang di situ.

      Delete
  2. Anak tidak berprestasi bukan berarti tidak cerdas namun di dalam dirinya pasti ada kecerdasan lain selain dalam pelajaran nah dari situlah peran orang tua sangat di perlukan untuk mengasah kecerdasannya.

    ReplyDelete
  3. Jangan dibandingkan, jangan dimarahi di depan umum, pendapatnya didengarkan...

    mesti hati-hati emang.

    ReplyDelete
  4. Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www,SmsQQ,com

    Keunggulan dari smsqq adalah
    *Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
    *Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
    *Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
    *Bonus Setiap Hari Dibagikan
    *Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
    *Bonus referral 10% + 10%
    *Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
    *Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )

    Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
    Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66

    Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
    BBM: 2AD05265
    WA: +855968010699
    Skype: smsqqcom@gmail.com

    ReplyDelete