Wednesday, April 11, 2018

6B Kebiasaan Orangtua untuk Melahirkan Anak-anak Hebat

kebiasaan baik dari orangtua


Banyak orang mengatakan bahwa tidak ada resep atau rumus untuk melahirkan anak-anak yang hebat.

Hal ini mungkin benar, mengingat anak-anak yang hebat itu tidak muncul dengan seketika. Mereka tidak dilahirkan dengan cara-cara instan.

Tapi kita bisa melihat,

banyak orangtua yang berhasil mencetak generasi-generasi hebat sebagai calon penerus mereka.

Tentu hal ini bukan merupakan suatu kebetulan. Pasti ada langkah-langkah yang telah dilakukan. Dan jika ini bukan sebuah kebetulan, maka berarti ini sudah dipersiapkan.

Apa rahasia para orangtua ini?

Jika boleh kita mengintip keseharian mereka,

ada pola dan perilaku yang sama yang diterapkan para orangtua ini untuk memunculkan anak-anak dengan talenta yang membanggakan.

Para orangtua (yang sebenarnya juga hebat ini) ternyata memiliki kebiasaan-kebiasaan yang oleh orang awam dianggap sebagai hal yang biasa saja dan tidak memiliki pengaruh apa-apa.

Kebiasaan-kebiasaan itu bisa kita rumuskan dengan 6B, yaitu Bicara, Bacakan cerita, Bermain, Batasi tontonan, Bangun bakatnya dan Berpelukan.

Agar lebih jelas, kita bisa membahasnya satu per satu.

Berikut ini adalah kebiasaan-kebiasaan orangtua yang terbukti sukses mengembangkan kecerdasan anak-anak mereka.


1. Bicara dengan mereka


Berbicara dengan anak-anak adalah salah satu kebiasaan yang wajib dilakukan untuk membentuk anak-anak yang cakap.

Hasil penelitian menyatakan bahwa kuantitas percakapan berbanding lurus dengan peningkatan IQ dan perkembangan kemampuan membaca mereka.

Artinya, semakin banyak anak diajak berbicara, maka akan semakin tinggi kemampuan membaca dan intelektual mereka.

Bahkan disebutkan bahwa lebih dari 95% kosa kata yang dimiliki anak-anak yang masih berusia 3 tahun,
didapatkan dari orangtuanya.

Maka mengajak bicara anak-anak semenjak masih bayi harus menjadi kebiasaan para orangtua.

Ajak bicara saat memandikan mereka, saat memakaikan pakaian, saat mereka bermain,

bahkan saat kita sedang sibuk mengerjakan pekerjaan di rumah.

2. Bacakan cerita untuk mereka


Selain mengajak mereka berbicara,

cara lain yang juga efektif untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak adalah dengan membacakan mereka cerita atau dongeng.

Selain dapat meningkatkan kemampuan mendengar dan berbicara,

kebiasaan membacakan cerita ini dapat melatih imajinasi, kreatifitas dan nalar anak-anak.

Bahkan anak-anak yang terbiasa dibacakan dongeng atau cerita selama 20 menit perhari menjadi lebih unggul dari anak-anak lainnya di usia remaja,

dalam hal daya ingat dan penyelesaian masalah.

Mereka-mereka ini hampir bisa dipastikan mencapai kesuksesan saat di Sekolah Menengah Atas.

3. Biarkan mereka bermain


Banyak orangtua yang masih salah paham tentang bagaimana membantuk anak-anak yang cerdas.

Menurut mereka,

bermain, adalah sebuah kegiatan yang tidak ada faedahnya. Sia-sia dan tanpa manfaat yang berarti.

Padahal seorang fisikawan terkemuka, pernah mengatakan begini,

“Jika sukses sama dengan A, maka rumusnya adalah A = x + y + z. “x” adalah bekerja, “y” itu bermain, dan “z” tidak banyak bicara.” (Albert Einstein, 1879-1959)

Artinya bahwa bermain memiliki porsi yang sama pentingnya untuk melahirkan kesuksesan.

Bermain bukanlah suatu kegiatan yang tidak bermanfaat.

Bahkan ia adalah kegiatan yang membantu perkembangan kemampuan fungsi eksekutif,

yang mana fungsi ini sangat penting untuk membantu bekerjanya fungsi memori, memberi jawaban, penyelesaian masalah termasuk nanti bagaimana anak mengatur dirinya sendiri.

Findlandia, yang disebut-sebut sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, menerapkan metode bermain ini sebagai kurikulum pengajaran mereka.

Hasilnya, anak-anak di sana mampu menyelesaikan soal-soal 15 menit lebih cepat dari waktu normal yang disediakan.

4. Batasi menonton TV


Diakui atau tidak, televisi adalah salah satu sarana yang menunjang kegagalan anak-anak di dalam belajar.

Belum pernah dikabarkan bahwa ada anak-anak yang menjadi cerdas dan berprestasi di sekolah karena rajin menonton TV.

Yang terjadi malah sebaliknya,

“serangan” visual dari televisi justru sangat membebani kinerja otak anak-anak dan menghilangkan kreatifitas.

Menonton televisi lebih dari satu jam bisa menyebabkan masalah pada daya konsentrasi anak. Ini belum termasuk konten tayangan iklan yang jauh dari kesan mendidik.

Inilah sebabnya kenapa anak-anak dengan usia di bawah 2 tahun tidak boleh menonton TV sama sekali.

5. Bangun bakatnya


Membangun bakat anak bisa juga disebut mendukung fitrahnya.

Banyak orangtua yang seringkali secara tak sadar menghancurkan fitrah anak-anak mereka.

Misalnya, orangtua kerap memarahi anak-anak mereka yang dianggap terlalu banyak omongnya. Orangtua juga akan menunjukkan sikap tidak suka jika anak-anak mereka terlalu banyak bertanya dan curiga.

Padahal bisa jadi anak-anak yang banyak omongnya itu nanti akan menjadi seorang orator atau penceramah yang handal.

Bisa jadi anak-anak yang suka curigaan itu akan menjadi seorang detektif yang kuat nalurinya.

Kita tidak pernah tahu akan menjadi apa mereka nantinya. Maka daripada kita berusaha keras untuk membungkam bakat mereka, jauh lebih baik kita beri mereka dukungan sikap dan dukungan doa.

Dengan merasakan banyaknya dukungan dari orangtuanya, anak-anak itu akan tumbuh dengan kepercayaan diri yang kuat.

Semoga dengan kepercayaan dirinya itu mereka saat dewasa nanti bisa menemukan apa yang menjadi passion mereka sebenarnya.

6. Berpelukan sesering mungkin


Yang terakhir ini mungkin semua orangtua sudah mengetahuinya.

Bahwa berpelukan, berpegangan tangan, bermanja-manja, tertawa dan bernyanyi bersama merupakan asupan yang bergizi bagi perkembangan otak anak-anak kita.

Pada dasarnya aktifitas ini adalah merupakan sarana mentransfer emosi dari orangtua kepada anak-anak mereka sehingga perasaan-perasaan yang positif akan menular.

Karakter dan mental mereka pun akan terbangun dengan baik.


Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

2 komentar:

  1. Telletabis sebagai penutup nya. Pantesan kebanyakan anak ga bosen bosen menontonnya, eh tapi dijelaskan di atasnya ga baik juga jika terlalu lama

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya sendiri masih kesulitan untuk memonitor durasi anak-anak menonton tv,
      kalau game di komputer, sudah.

      Delete