Thursday, April 5, 2018

10 Keahlian yang Wajib Dikuasai oleh Setiap Orangtua

cara menjadi orangtua yang baik

Menjadi orangtua tentu merupakan dambaan setiap pasangan. Bahkan segala upaya akan dilakukan ketika pasangan tersebut belum juga dikaruniai momongan.

Namun, jika mau jujur, menjadi orangtua bukanlah sebuah title yang menyenangkan.

Akan ada tanggung jawab yang harus kita emban ketika sebutan tersebut telah melekat pada diri kita.

Tanggung jawab tersebut adalah bagaimana mendidik dan mengajari anak-anak kita sikap-sikap positif untuk pembentukan mental dan karakter mereka.

Maka kemudian bukan menjadi “orangtua” yang perlu kita agung-agungkan,

namun bagaimana menjadi “orangtua yang terbaik” bagi anak-anak kita, atau bagaimana menjadi orangtua yang mengerti kebutuhan mereka,

itu yang harus kita upayakan.

Sehingga tentu diperlukan banyak keahlian yang harus dimiliki untuk tujuan tersebut.

Ada setidaknya 10 keahlian yang harus kita kuasai agar bisa menjadi orangtua yang terbaik dan yang mengerti tentang anak-anak kita.

1. Menjadi Pendengar yang Baik


Menjadi pendengar yang baik merupakan keahlian yang teramat penting yang wajib dikuasai oleh setiap orangtua.

Pada postingan tentang bagaimana cara menjadi pendengar yang baik untuk anak,

dituliskan bahwa kegagalan di dalam menjadi pendengar yang baik akan berujung pada kesalah-pahaman.

Kesalah-pahaman ini akan berimbas pada perbedaan visi dan misi antara orangtua dan anak. Sehingga tujuan yang kita harapkan,

akan sulit tercapai.

Maka solusinya adalah,

berikan kepada anak-anak kita kesempatan untuk menceritakan apa yang menjadi permasalahan mereka.

Dan tunjukkan kepada mereka perhatian khusus kita terhadap permasalahan tersebut.

2. Menjadi Pecinta Tanpa Syarat


Keahlian berikutnya yang harus dikuasai oleh setiap orangtua adalah menunjukkan rasa cinta dan sayang kita kepada mereka,

dalam kondisi dan keadaan apapun.

Selain dengan cara memberikan mereka hadiah-hadiah sederhana,

pelukan yang bersahabat dan ungkapan-ungkapan cinta akan menjadikan mereka merasa dihargai dan disayangi.


3. Menjadi Teman Terbaik


Bagi para orangtua yang bekerja, maka poin yang ketiga ini harus diupayakan dengan sungguh-sungguh.

Karena seharian penuh kita fokus kepada pekerjaan kita, maka ketika pulang ciptakan waktu yang berkualitas bersama anak-anak.

Hindari membawa pekerjaan ke rumah. Hindari gadget atau apapun yang bisa memisahkan kita dengan mereka.

Yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak itu adalah interaksi dengan orangtua mereka.

Maka kita bisa membuat permainan-permainan yang interaktif,

menceritakan dongeng atau kisah-kisah yang menarik,

atau sekedar berbincang-bincang tentang apapun yang itu bisa memperkuat emotional bonding kita dengan anak-anak.

4. Menjadi Tegas, namun Menyenangkan


Hal yang sangat penting untuk pembentukan karakter anak-anak kita adalah,

penerapan kedisiplinan di rumah.

Orangtua bisa menerapkan aturan-aturan khusus yang bisa membantu membentuk kepribadian baik pada anak-anak.

Namun penting untuk diingat,

bahwa aturan-aturan tersebut haruslah dibuat dengan bahasa yang menyenangkan.

Tanpa ancaman, apalagi kekerasan.


5. Menjadi Adil dan Konsisten


Keahlian yang ke-5 ini sangat erat kaitannya dengan apa yang disebut pada poin sebelumnya.

Jika aturan-aturan yang dibuat tadi bersifat umum,

maka aturan-aturan tersebut harus berlaku untuk semua anggota keluarga,

termasuk untuk orangtua.

Namun orangtua juga bisa membuat aturan yang berbeda-beda untuk setiap anggota keluarga.  Dengan cara ini kita akan mengajari anak-anak untuk bisa menghormati aturan-aturan yang diperuntukkan untuk anggota keluarga yang lain.

Selain itu, penting untuk tidak terlalu sering menggonta-ganti aturan yang sudah disepakati. Karena hal tersebut akan membuat anak-anak berpikir bahwa kita kurang tegas.

6. Menjadi Contoh yang Baik


Dalam setiap pembelajaran tentang parenting atau pembentukan karakter anak-anak,

hal yang selalu pasti disebutkan adalah keteladanan.

Bagaimana orangtua bisa menjadi role model bagi anak-anak mereka.

Tidak berlebihan jika orangtua diibaratkan sebagai lokomotif yang menyeret gerbong-gerbong di belakangnya. Mau sampai dimana gerbong-gerbong itu tergantung sampai dimana lokomotif berhenti.

Orangtua memang bisa mengajar anak-anaknya melalui kata-kata,

namun pemahaman mereka akan jauh lebih kuat dengan melihat apa yang kita lakukan.

7. Menjadi Ahli Mengapresiasi, Bukan Ahli Menghukum


Di dalam tulisan tentang 4 Kesalahan Seorang Pemimpin,

kesalahan yang paling utama dilakukan adalah tidak bisa menempatkan reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) pada saat yang tepat.

Kesalahan penerapan ini biasanya terjadi berupa pemberian hadiah untuk sikap buruk yang dilakukan anak dan pemberian hukuman atas niat baik sang anak.

Misalnya saat berada di tempat umum, si anak merengek-rengek minta dibelikan mainan. Namun karena keinginan tersebut tidak dituruti oleh orangtua, maka si anak kemudian menangis dan berteriak-teriak dengan keras.

Orangtua yang tidak tahan dengan situasi tersebut akhirnya memilih mengalah dengan membelikan mainan yang diinginkan.

Ini adalah contoh pemberian hadiah untuk sikap buruk anak-anak.

Contoh lain, misalnya si anak bermaksud memotong rumput yang sudah mulai meninggi di halaman rumah.

Namun karena masih belum terlalu paham, tanaman yang dipelihara oleh orangtuanya ikut terpotong bersama rumput-rumput itu.

Orangtua yang marah segera menghukum si anak.

Ini adalah contoh bagaimana orangtua memberikan hukuman untuk niat baik si anak.

8. Menjadi Diri Anak 


Kelanjutan dari poin 7 tentang apresiasi dan bukan hukuman,

maka agar orangtua bisa memahami maksud dan niat si anak, orangtua perlu untuk menjadi diri si anak.

Maksudnya adalah melihat dari sudut pandang mereka.

Bagaimana caranya?

Cara yang paling mudah adalah dengan cara bertanya dari hati ke hati kepada mereka. Dengan lemah lembut dan tanpa bentakan atau ancaman.

9. Menjadi Pembelajar


Tidak ada manusia (baca: orangtua) yang sempurna.

Bahkan jika anda tahu, penulis artikel inipun sebenarnya jauh dari kata itu di dalam mendidik anak-anaknya.

Namun satu hal yang tetap harus kita upayakan adalah kemauan untuk belajar menjadi orangtua yang tepat bagi mereka.

Selain membaca artikel atau buku-buku tentang parenting,

mengikuti seminar atau pengajian dengan tema pendidikan anak-anak,

membuat catatan-catatan tentang hal tersebut juga bisa kita lakukan (sebagaimana tujuan awal dibuatnya blog ini).

Mempelajari hal-hal yang seperti ini tidak akan membuat wibawa kita sebagai orangtua jatuh. Namun justru akan membuat anak-anak kita respek terhadap apa yang telah kita lakukan.

10. Menjadi Penyabar


Meski ditulis pada urutan yang paling akhir,

bukan berarti keahlian ini paling tidak penting.

Justru menjadi orangtua dengan sikap yang positif seperti ini akan “menular” kepada anak-anak kita.

Sebaliknya, orangtua yang mendidik anak-anaknya dengan sikap yang arogan dan kasar hanya akan menghasilkan preman-preman di masa mendatang.

Anak-anak itu akan tumbuh menjadi anak-anak yang tidak pandai memahami lingkungannya dan berempati terhadap sesamanya.

Pendidikan yang ditempuh melalui jalur kesabaran diibaratkan seperti pohon bambu yang butuh waktu sangat lama untuk tumbuh,

namun kemudian ia akan tumbuh dengan sangat tinggi dan sangat kuat.

Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

0 komentar:

Post a Comment