Friday, July 15, 2016

Pelajaran dari Nancy Matthew Elliott dan Sang Putra

Apakah Anda mengenal nama Nancy Matthews Elliott?

Jika tidak, saya yakin Anda pasti mengenal putranya.

Perempuan ini adalah ibu dari seorang penemu besar dalam sejarah perkembangan dunia, Thomas Alva Edison!

Nama Nancy “hanyalah” sebuah nama di balik kesuksesan putranya. Jadi wajar jika kita tidak pernah mendengar namanya.

Namun yang ingin saya ceritakan kali ini bukanlah tentang biografi penemu yang djuluki “Penyihir Menlo Park” ini, akan tetapi semangat dan motivasi sang ibu dalam mendidik sang putra..

ibu, pendidikan ibu
Thomas Alva Edison

Suatu siang di pertengahan tahun, sepucuk surat datang dari lembaga dimana Thomas kecil sekolah. 

Isi surat itu adalah keputusan pihak sekolah untuk mengeluarkan putranya dari sekolah karena mereka menganggap Thomas memiliki otak yang bodoh sehingga tidak mungkin bisa mengikuti pelajaran di sekolah.

Namun hal yang cukup menarik adalah, ketika Thomas kecil bertanya kepada ibunya isi surat dari sekolahan tersebut, sang ibu pun membacakannya untuk Thomas dengan suara keras.

Ibunya membacakan isi surat itu seperti ini, 

“Putra Anda, Thomas, adalah seorang anak yang memiliki kejeniusan luar biasa. Pihak sekolah tidak memiliki guru yang cakap dan berkompeten untuk mendidiknya. Jadi kami menyerahkan putra Anda untuk Anda didik sendiri.”

Ada semangat yang kuat di dalam hati sang ibu kala itu, “Anakku bukan anak yang bodoh! Aku sendiri yang akan mengajari dan mendidiknya.”

Dalam salah satu buku yang memuat biografi Thomas Alva Edison, si penulis mencatat seperti ini,

“Ibunya adalah seorang guru yang terbaik dan melakukan apa yang terbaik bagi muridnya.

Ibunya telah membawa sang putra ke sebuah panggung belajar untuk dirinya sendiri, panggung belajar yang membuat hatinya tertarik dan terhibur dan memberi dukungan agar terus bersemangat pada bidang itu.

Sebuah hal terbaik yang dapat dilakukan seorang ibu terhadap anak yang luar biasa.”


Doa dan semangat sang ibu pun terjawab...

Kurang lebih 3 dekade setelah itu, atau tepatnya tahun 1879, seorang Thomas Alva Edison berhasil menciptakan lampu yang mampu menyala selama 40 jam dengan tenaga listrik.

Penemuan inilah yang membuatnya masuk dalam urutan ke 38 - mengungguli Alexander Graham Bell - dalam buku “The 100: A Ranking of Most Influential Person in History” (Michael H. Heart, 1978)

Keberhasilan ini tentu tidak lepas dari peran dari sang ibu.

Thomas sendiri mengakuinya dengan mengatakan, “Ibuku telah membentuk diriku. Memahamiku, dan membiarkan aku mengikuti bakatku.”

Artikel saya yang lain Ternyata Disiplin Juga Bisa Merusak Anak.

Maka belajar dari kisah ini, setidaknya ada 2 hal yang bisa kita pelajari dari seorang Nancy Matthews Elliott:


1. Tidak merendahkan harga diri si anak


Sebuah quote yang sangat bagus berbunyi begini,

“Setiap orang itu jenius. Namun jika Anda menilai ikan dari kemampuannya memanjat pohon, selama hidupnya dia akan meyakini bahwa dirinya bodoh.”
(Albert Einstein)

Ibu Thomas tidak pernah menganggap putranya bodoh. Namun tidak hanya hanya itu, ia mampu mentransfer keyakinannya itu ke dalam mindset putranya.

Akibatnya, Thomas kecil menjadi semakin termotivasi untuk belajar dan tidak mengenal kata gagal.

Terbukti saat ia berhasil menemukan lampu listrik, koran setempat mempublikasikannya dengan headline “Setelah 9.900 kali gagal menemukan lampu listrik, Thomas Alva Edison akhirnya berhasil menemukan lampu yang dapat menyala”.

Judul tersebut ditolaknya, dan pihak surat kabar kemudian mengganti judul beritanya dengan “Setelah 9.900 kali berhasil menemukan lampu yang gagal menyala, Thomas Alva Edison akhinya berhasil menemukan lampu yang dapat menyala”.


2. Tidak membatasi bakat


Kita tidak pernah tahu sampai dimana bakat putra-putri kita. Begitu pula dengan ibu Thomas.

Karena itulah ia membiarkan Thomas kecil melahap buku-buku ilmiah, melakukan eksperimen-eksperimen dan juga, bekerja.

Pada usia 12 tahun, Thomas kecil sudah memiliki laboratorium kecil untuk penelitiannya.

Usia 13 tahun ia telah membuat sebuah telegraf sederhana. Thomas juga bekerja sebagai operator telegraf saat itu.

Usia 15 tahun ia dapat menyempurnakan prinsip kerja telegraf. Di usia ini bakat bisnisnya muncul sehingga ia memutuskan untuk membuat mesin pencetak koran sendiri.

Dan di usia 16 tahun, Thomas pun mencatat penemuan pertamanya, yaitu sebuah alat penerjemah kode morse.

Dan beberapa waktu setelah itu Thomas pun dikenal sebagai penemu, pengusaha dan pencipta yang sangat produktif sekaligus sebagai pemegang 1,000-an hak paten pada masa itu.

Meski untuk yang disebut terakhir ini masih diperdebatkan kebenarannya. 

putra, penemu, karakter
Yang ini pastinya bukan Thomas, but who's knows?


Karena Anda sudah membaca artikel ini sampai selesai, 
apakah Anda juga berminat membaginya dengan teman-teman Anda?

Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

0 komentar:

Post a Comment