Tuesday, July 26, 2016

Pelajari 7 Aturan Penting Ini Sebelum Memuji Anak


Di antara dasar-dasar cara mendidik anak adalah,

mengingatkan ketika mereka melakukan kesalahan, dan

mengapresiasi ketika mereka melakukan sesuatu yang baik.

Namun mengingatkan si kecil akan kesalahan mereka dan memuji akan karena kebaikan mereka haruslah dilakukan cara dengan tepat.

Karena tujuan sebenarnya dari ‘mengingatkan’ dan ‘memuji’ bukan hanya untuk saat itu saja. Akan tetapi ada tujuan jangka panjang yaitu untuk membentuk karakter mereka.

Misalnya kita mengingatkan si kecil yang membuang sampah sembarangan...

Jika tujuan jangka pendek yang kita inginkan, maka ketika si kecil sudah meralat kesalahannya dengan mengambil sampah tadi dan membuangnya ke tempat sampah,

maka tugas kita sudah selesai.

Tapi yang kita inginkan tidak hanya itu.


Kita berharap agar sikap “tidak membuang sampah sembarangan” itu melekat menjadi karakter pribadinya. Sehingga meskipun kita tidak sedang bersama mereka, atau meskipun tidak ada tempat sampah saat itu,

mereka pantang untuk membuang sampah sembarangan.

Nah, jika memang yang terakhir ini yang menjadi harapan kita, maka di dalam proses ‘mengingatkan’ dan ‘memuji’ anak ada aturan-aturan penting yang harus dilakukan.


Berikut ini ada 7 aturan penting yang harus dilakukan oleh orangtua ketika memuji buah hati mereka.


1. Memuji secara langsung, tanpa menunda


Ketika anak-anak melakukan suatu kebaikan, seringkali hal tersebut adalah karena dorongan naluri saja. Mereka tidak benar-benar tahu bahwa hal tersebut adalah hal yang baik.

Karena itu ketika kita menunda untuk mengapresiasinya, jangan-jangan pada saat itu anak sudah lupa dengan apa yang tadi dilakukannya. Saat kita kemudian memujinya, si anak mungkin akan bertanya-tanya,

“(Perbuatan) yang mana ya?”

Berbeda dengan pujian yang dilakukan secara spontan.

Anak akan langsung tahu bahwa apa yang barusan dilakukannya adalah sesuatu yang baik sehingga kita berharap mereka akan melakukannya lagi di kesempatan yang lain.

Namun ada sedikit catatan di sini.

Meski kita harus memuji anak secara spontan, penting untuk tidak melakukannya di depan umum.

Beberapa pengamat parenting mengkhawatirkan dengan seringnya anak dipuji di depan umum akan melahirkan perasaan sombong pada diri si anak.

Ini tentunya hal yang tidak kita inginkan.


2. Pujian yang spesifik jauh lebih berkesan


Spesifik bisa berarti kita menyebut langsung nama anak yang berbuat baik. Aturan ini berlaku jika di tempat tersebut ada banyak anak.

Penyebutan nama secara pribadi menimbulkan kesan yang lebih dalam pada diri si anak.

Spesifik juga bisa dalam arti penjelasan detil dari apa yang telah dilakukan oleh si anak. Misalnya,

“Wah, terima kasih ya kakak sudah mau melipat bajunya sendiri...”

Kalimat pujian yang spesifik menyebabkan akan lebih paham apa yang harus dilakukannya.


3. Lengkapi dengan saran-koreksi


Aturan penting ketiga adalah menyisipkan koreksi pada pujian tersebut. Sama seperti aturan no. 1 di atas, koreksi ini bertujuan agar anak tidak terbawa suasana bangga yang berlebihan.

“Gambarnya ini baguss banget... Tapi bagian yang ini kayaknya kekecilan deh...”

“Hm, atau... coba kalau ini begini kayaknya lebih keren ya?”


4. Memuji itu tanpa pamrih


Beberapa perilaku salah dari orangtua ketika memuji anak-anak mereka adalah, mereka memuji karena ada “tujuan lain” setelah itu. Misalnya, minta diambilkan sesuatu.

“Aduhh, adek rajin banget deh. Tolong ambilin kunci motor di kamar dong,”

Ketika hal ini terjadi, anak akan menyadari bahwa dirinya sedang dimanfaatkan. Agar tak lagi dimanfaatkan, si anak akan berpikir tidak usah jadi rajin lagi.


5. Memuji tanpa menimbulkan benci


Prinsip dasar dari pujian adalah ketulusan.

Ketika kita memuji si kakak, misalnya, adalah karena memang kita mengapresiasi perbuatan si kakak. Bukan karena menyindir adiknya karena tidak mau melakukan hal tersebut.

“Kakak pinter deh, mau membantu Ibu. Tidak seperti adik...”

Kalimat pujian yang seperti ini akan membawa 2 dampak:

Kakak yang akan meremehkan adiknya, atau

adik yang akan menjadi benci terhadap kakaknya.

Dan keduanya adalah dampak yang buruk.


6. Menjelaskan manfaat yang diterima


Saat si kecil melakukan sesuatu yang patut mendapat apresiasi kita, kita bisa membuat pujian tersebut menjadi lebih berkesan dengan cara menjelaskan manfaat yang didapatkan oleh si kecil.

Misalnya ketika si kecil sudah bisa menjawab soal pelajarannya sendiri, kita bisa menggunakan kalimat seperti ini,

“Gimana, enak ya kalau bisa menjawab soal sendiri? Sudah tidak perlu mencontek teman lagi, kan?”


7. Kita tidak memuji hasilnya, tapi mengapresiasi usahanya.


Bahwa jika kita memuji anak hanya karena prestasi atau hasil yang telah dicapainya, anak bisa jadi termotivasi untuk melakukan cara-cara yang tidak benar,

hanya demi hasil atau prestasi yang membanggakan orangtuanya itu.

Atau,

ketika si anak tidak berhasil meraih hasil itu, ia akan merasa bersalah, merasa menjadi anak yang bdoh atau tidak berguna. Padahal ia mungkin telah berusaha cukup keras demi hal tersebut.

Tapi kita tidak menginginkan hal itu. Kita berharap agar anak-anak kita tidak mudah menyerah dan putus asa untuk mencapai sesuatu.

Ketika seorang anak dipuji karena usahanya, maka ia akan merasa lebih dihargai. Dan ia akan merasa semakin kuat untuk berusaha lagi.

“Ayah bangga nih sama kakak karena lebih memilih belajar daripada main game...”

Meski kemudian si anak gagal dalam menjadi juara kelas, ia akan tetap bersemangat di dalam belajarnya.

Karena ia tahu bahwa orangtuanya tidak mempermasalahkan ia berhasil menjadi juara kelas atau tidak.


Karena Anda sudah membaca artikel ini sampai selesai,
apakah Anda juga berminat membaginya dengan teman-teman Anda?

Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

0 komentar:

Post a Comment