Monday, July 11, 2016

Cara Tepat Mengatasi Anak yang Marah di Tempat Umum


Ketika sedang berjalan-jalan di sebuah mall, si kecil yang melihat sebuah mainan yang bagus langsung merengek minta dibelikan mainan tersebut.

Karena orangtuanya tidak juga mau membelikan mainan tersebut, si anak kemudian menangis.

Yang cukup menjadi permasalahan bagi orangtua adalah, karena hal ini terjadi di tempat umum.
Di tempat umum, anak merasa “menang”.

Dalam sekejab, tangisan itu berubah menjadi teriakan. Dari teriakan kemudian menjadi gerak perlawanan dan emosi yang meledak-ledak.

Bagi orangtua ini adalah simalakama.

Kita – karena suatu hal - tidak bisa menuruti permintaan tersebut.Tapi jika tidak dituruti si anak akan terus berulah dan membuat orangtuanya merasa malu.

Di sinilah orangtua merasa kesulitan untuk mengambil keputusan. Padahal semakin lama kita mengambil keputusan, tingkah si anak akan semakin menjadi-jadi.

Lalu apa yang seharusnya dilakukan orangtua untuk mengendalikan emosi anak seperti itu?

PENDIDIKAN AWAL

Perlu disadari bahwa tingkah anak-anak yang seperti itu adalah berkat pendidikan dari orangtua di masa-masa awalnya.

Mungkin karena dia adalah anak pertama, anak terakhir, anak satu-satunya, anak laki-laki, dan sebagainya lalu setiap ia menginginkan sesuatu segera dipenuhi.

Jadi jangan terburu-buru menyalahkan anak dan men-judgenya sebagai anak yang nakal, tidak penurut, dan julukan negatif lainnya.

LARANGAN UNTUK ORANGTUA

Sebelum menentukan langkah mana yang harus dipilih, setidaknya ada 2 hal yang sebaiknya TIDAK dilakukan oleh orangtua dalam situasi seperti kasus di atas.

Pertama, jangan menuruti kemauan anak.

Dalam situasi kita dibuat malu di tempat umum, para orangtua seringkali kehilangan kesabaran dan akhirnya luluh dengan permintaan anak.

“Oke, kamu boleh ambil mainan yang itu, tapi tidak boleh yang lainnya.”

atau,

“Ya sudah. Tapi ambil satu saja!”

Secara praktis cara ini akan langsung mereda ulah si anak. Namun ini adalah keputusan yang salah.

Dengan ini anak akan belajar bahwa cara agar semua keinginannya bisa dipenuhi adalah dengan menerapkan pola yang sama.

Sedikit ditolak, anak akan langsung berontak.

Sedikit dicegah, anak akan langsung berulah.

Sedikit tak dituruti keinginannya, anak akan mencari cara untuk mempermalukan orangtuanya.

Maka tetaplah KONSISTEN terhadap keputusan awal kita.

Jangan menuruti kemauan anak hanya gara-gara kita malu dianggap sebagai orangtua yang pelit dan kejam.

Teruslah konsisten, agar anak tahu bahwa caranya tersebut tidak akan pernah berhasil sehingga ia tidak akan pernah mencobanya lagi.

Kedua, jangan mengalihkan perhatian anak dengan cara menakut-nakutinya dengan sosok atau karakter tertentu.

Misalnya dengan mengatakan,

“Kalau kamu tidak mau diam, biar nanti ditangkap sama Pak Satpam!”

Hal yang kedua ini juga bisa membuat anak berhenti menangis. Namun dampak buruknya adalah tertanamnya pada diri anak rasa takut atau bahkan perasaan benci pada sosok atau karakter yang disebut tadi.

DUA LANGKAH PENTING

Lalu apa yang harus dilakukan oleh orangtua untuk menghindari terjadinya hal-hal di atas?

Berikut ini adalah kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh para orangtua untuk mengatasi anak-anak yang marah di tempat umum.

1. Perjanjian


Ada baiknya bila kita membuat perjanjian dengan anak sebelum berangkat ke tempat tujuan. Rinci dengan jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak di tempat tujuan nanti.

Membuat perjanjian seperti ini akan bisa “mengikat” anak dan mereduksi penyebab anak marah di tempat umum.

Jika diperlukan, perjanjian ini bisa ditambah dengan konsekuensi apa yang akan diterima si anak bila mereka melanggar perjanjian tersebut.

Namun sebagi catatan, ada beberapa hal yang tidak boleh diabaikan saat membuat perjanjian dengan anak-anak. Anda bisa membacanya di sini.

2. Tetap tenang

Dalam kondisi yang tampak tidak terkendali, tetaplah tenang. Jangan terpancing ikut-ikutan emosi. Karena yangterjadi biasanya, semakin emosi kita semakin marah-lah anak.

Bawalah anak ke area yang tidak begitu ramai. 

Jika di tempat dengan banyak orang, ia merasa “menang”, maka kita bisa meminimalisir perasaan itu dengan membawanya ke tempat yang sepi.

Berjongkok dan posisikan mata kita sejajar dengan mata si kecil. Tunggulah beberapa saat sampai tangisnya sedikit mereda.

Setelah itu, kita bisa memberinya pengertian yang lemah lembut namundengan intonasi yang sedikit tegas.

“Kamu boleh tetap nangis/marah, tapi ayah/ibu tetap tidak akan membelikan mainan itu.”

Setelah itu biarkan tangisannya berhenti dengan sendirinya.

3. Tetap jalin komunikasi


Jangan mendiamkan anak setelah kejadian itu.

Ada baiknya, dalam perjalanan pulang atau sesampainya di rumah, orangtua terus mengajaknya berkomunikasi mempertanyakan kenapa dia melakukan hal yang seperti itu.

Jelaskan pula bahwa hal yang ia lakukan itu tidak akan mempengaruhi sikap kita kepadanya.


Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

0 komentar:

Post a Comment