Sunday, July 10, 2016

Anak Tidak Menurut? Mungkin Kita Melakukan Kebiasaan "Kecil" Ini


Suatu pagi, saat kita sedang terburu-buru berangkat ke tempat kerja, tiba-tiba si kecil merengek-rengek ingin ikut. Atau minta diantarkan ke suatu tempat.

Apa yang biasanya kita lakukan?

Yang sering ditemui, biasanya orangtua akan mengalihkan perhatian si kecil dengan mengatakan misalnya,

“Lihat, dek,kayaknya ada macan deh di belakang rumah...”

atau semisal itu sambil meminta pembantu di rumah untuk mengajaknya ke belakang.

Sementara itu kita langsung tancap gas buru-buru pergi.

Atau kita berbohong dengan menggunakan metode yang lain dengan mengatakanbahwa kita hanya akan pergi sebentar, padahal kenyataannya kita jelasakan pulang malam.

***

Dalam contoh kasus lain, ketika si kecil susah makan dan kita sudah lelah mengikuti kemauannya, akhirnya “jurus andalan” kita pun keluar.

“Maemnya masih susah gak nih? Kalau masih susahnanti tidak diajak jalan-jalan sama ayah/ibu lho...”

Padahal dengan logika yang paling gampangpun kita tahu bahwa antara pola makan dan jalan-jalantidak ada hubungannya sama sekali...

***

Berbohong,

sekecil apapun akan memiliki dampak yang sangat besar.

Jangan beranggapan bahwa mereka yang masih kecil itu tidak mengerti kalau sedang dibohongi.

Jangan menyangka bahwa mereka masih belum paham arti kepercayaan.

Semakin sering anak dibohongi, meski untuk hal-hal yang sepele,

maka akan semakin besar rasa ketidak-percayaan anak terhadap orangtuanya.

Ketidak-percayaan anak kepada perkataan orangtua ini akan terus tumbuh, hingga pada suatu titik dimana nanti anak-anak akan bingung di dalam mem-filter perkataan orangtuanya.

Akan sampai waktunya dimana mereka sudah tidak bisa lagi membedakan

mana ucapan orangtuanya yang bisa dipercaya dan mana yang tidak.

Pada fase ini, anak akan menganggap semua ucapan orangtuanya adalah bohong, karena ia merasa lebih sering dibohongi.

Sehinggapada akhirnya anak tidak lagi mau menuruti ucapan kita.

Mungkin anda juga perlu membaca Kenapa Nasehat Orangtua Tidak Didengar Anak.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengantisipasi hal ini?

Ya, saya katakan barusan, MENGANTISIPASI.

Kenapa?

Karena ketika anak sudah sampai pada tahap ini, yaitu menganggap semua ucapan orangtuanya adalah bohong, maka pada saat itu sudah tidak ada lagi yang bisa kita lakukan sebagai orangtuanya.

Pasrah saja.

Karena sekuat apapun kita berupaya untuk “membalik” cara berpikirnya,

cara berpikir itu sudah kadung tertanam dalam, jauuuh di alam bawah sadarnya.

Akhirnya hanya penyesalan yang akan kita dapatkan.

Sebenarnya,

ada satu cara untuk mengantisipasi dampak buruk yang kita sudah sebut di atas.

Ya, hanya dengan satu cara ini image negatif tadi tidak akan tertempel di kening kita.

Cara itu adalah, KEJUJURAN.

Mulailah untuk berkata dan bertindak yang jujur terhadap anak-anak kita.

Tidak ada hal yang bisa melenyapkan kecurigaan, kecuali dengan cara kita terbiasa berkata jujur. Bahkan terhadap buah hati kita yang masih kecil, yang masih kita anggap belum mengerti apa-apa.

Yakinlah, mereka mengerti.

Meski tak terucap oleh kata-katanya yang cadel, tapi yakinlah mereka sudah dianugerahi ingatan dan nalar yang luar-biasa tajam oleh Dzat yang menitipkannya pada kita.

Jadi, berusahalah agar kejujuran kita yang sangat diingatnya. Bukan kepandaian kita dalam membohonginya.

Berusahalah agar hanya sifat baik yang didapatnya dari kita, bukan malahsifat licik kita.


Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

0 komentar:

Post a Comment