Sunday, December 3, 2017

Yang Harus Dilakukan dan Tidak Boleh Dilakukan Orangtua Saat Mendongeng

cara mendongeng yang baik untuk anak


Ibnu khaldun, seorang ilmuwan muslim pernah mengatakan,

“Siapa yang tidak terdidik oleh orangtuanya, maka ia akan terdidik oleh jaman.”

Maksudnya adalah,

seseorang yang tidak memperoleh pendidikan melalui orangtuanya atau guru,

maka ia akan memperoleh pendidikan itu dengan bantuan alam: dari peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang jaman.

Karena itu definisi pendidikan menjadi sangat luas cakupannya.

Sehingga menurut beliau, pendidikan adalah suatu proses dimana seseorang mendapat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitarnya secara sadar.

***

Di dalam artikel sebelumnya tentang manfaat dongeng bagi anak-anak,

disebutkan bahwa pendidikan melalui cerita dongeng bisa sangat efektif untuk perkembangan mental dan karakter mereka.

Peristiwa atau kejadian yang ada di dalam dongeng membantu mereka untuk mampu memikirkan, menakar dan memilih mana yang baik untuk ditiru dan mana yang buruk untuk dihindari.

Namun meski terlihat sebagai kegiatan yang sepele, ternyata mendongeng tidak bisa dilakukan secara asal-asalan dan sembarangan.

Kenapa?

Karena jika orangtua tidak memahami langkah-langkah mendongeng yang baik, maka cerita akan menjadi sangat tidak menarik bagi anak-anak.

Selanjutnya yang akan terjadi adalah kebosanan pada diri anak-anak.

Jika kebosanan ini sudah ada, maka pesan-pesan yang ingin kita sampaikan tidak akan dapat tertangkap oleh mereka.

Lalu bagaimana cara mendongeng yang baik untuk anak-anak?

Berikut ini adalah apa yang harus dilakukan oleh orangtua dan apa yang tidak boleh dilakukan ketika mendongeng untuk anak-anak mereka.

Yang Harus Dilakukan:


1. Pilih waktu yang tepat.


Istilah “dongeng sebelum tidur” sebenarnya bukanlah sebuah istilah yang tanpa makna.

Penelitian menyebutkan bahwa waktu terbaik untuk menceritakan sebuah dongeng untuk anak-anak adalah menjelang mereka tidur di malam hari.

Waktu menjelang tidur adalah waktu yang paling santai dalam keseharian anak.

Pada saat ini materi dongeng akan menjadi semacam terapi bagi mereka. Sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan diharapkan bisa diterima alam bawah sadar melalui mimpi.

Dan yang menarik,

mimpi yang indah –dikatakan- akan memberikan dampak positif bagi perkembangan psikologi mereka.

2. Pilih cerita yang tepat dan kuasai.


Pilih cerita yang memuat nilai-nilai moral yang ingin kita sampaikan kepada anak.

Apakah pesan tentang kemandirian, kesetia-kawanan, kejujuran, dan sebagainya. Tentu saja harus disesuaikan juga dengan usia anak.

Meski disebut dongeng,

orangtua tidak harus mengambil cerita dari buku-buku fiksi.

Kisah-kisah kenabian, kepahlawan para sahabat Nabi atau tokoh-tokoh muslim dunia adalah referensi yang terbaik untuk diceritakan kepada anak-anak.

Selain itu, yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memahami jalan cerita dan menguasai karakter tokoh-tokoh dalam cerita dongeng tersebut.

Penting juga untuk memilih cerita dengan alur yang tidak terlalu panjang.

Alasan untuk hal ini akan dijelaskan pada poin selanjutnya.

3. Persiapkan anak.


Artinya kita memberikan anak suasana yang nyaman sehingga mereka bisa berkonsentrasi dengan dongeng yang akan kita ceritakan.

Atur posisi kita dan posisi anak agar mereka bisa mendengarkan dan memperhatikan kita dengan jelas dan tidak teralihkan oleh hal-hal lain.

Namun yang perlu menjadi catatan adalah daya konsentrasi anak-anak itu tidak terlalu lama.

Artinya kita perlu memilih cerita dengan alur yang tidak terlalu panjang.

Laura Numeroff, seorang penulis buku cerita untuk anak-anak mengatakan bahwa durasi yang disarankan untuk mendongeng tidak lebih dari 20 menit setiap malam.

Lebih dari itu anak-anak akan dilanda kebosanan.

Jadi lebih baik memilih cerita yang cukup pendek lalu dikembangkan sendiri,

daripada kita harus meringkasnya karena cerita yang terlalu panjang.

4. Berikan pembukaan yang dramatis untuk merangsang imajinasi anak.


Kalimat pembukaan seperti, “Pada suatu ketika...” atau “Suatu hari...” yang diimbangi dengan penghayatan penuh bisa merangsang anak-anak untuk segera berimajinasi.

Jika sejak awal kita dapat mengkondisikan mereka untuk tertarik mendengarkan cerita,

maka kita akan lebih mudah untuk menyelipkan pesan-pesan moral yang ada di dalam cerita tersebut.

Dramatisasi dalam sebuah dongeng bisa diaplikasikan dengan banyak cara,

misalnya dengan cara mengubah suara kita menjadi suara-suara aneh untuk tokoh tertentu atau dengan menggunakan gerakan-gerakan yang ekspresif dan pandangan yang tajam.

5. Akhiri dongeng dengan mengulang pesan moralnya.


Untuk menguji apakah cerita yang kita sampaikan bisa diterima oleh anak-anak,

kita perlu untuk mengulang pelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut.

Mengulangi pesan moral ini juga berfungsi untuk semakin memperdalam masuknya pesan-pesan tersebut.

***

Yang Tidak Boleh Dilakukan:


Selain cara mendongeng yang harus diterapkan oleh orangtua di atas,

ada juga hal-hal yang tidak boleh dilakukan saat mendongeng. Diantaranya:

1. Jangan mendongeng dengan menggunakan gadget.


Salah satu manfaat dari mendongeng adalah untuk menciptakan interaksi yang intens antara orangtua dan anak.

Hal ini tidak akan tercapai jika kita mendongeng dengan perantaraan gadget.

Interaksi yang seharusnya langsung antara orangtua – anak, menjadi orangtua – gadget – anak.

Fokus anak akan tertuju pada gadget, bukan pada gerak tubuh atau ekspresi wajah orangtua.

Sehingga manfaat yang diharapkan tidak akan tercapai.

2. Orangtua tidak perlu membaca persis seperti apa yang tertulis di dalam buku cerita.


Tujuan awal dari pembacaan dongeng ini adalah agar anak menikmati apa yang didengarnya.

Seringkali terjadi,

bahasa dongeng yang tertulis pada buku akan terasa janggal bila diucapkan dengan lisan.

Di sini orangtua diharapkan bisa kreatif dengan mengubah “bahasa penulisan” menjadi “bahasa penceritaan”.

Tidak masalah bagi orangtua untuk menambahi atau mengurangi kata-kata yang ada di dalam buku agar tepat jika dilisankan.

Jangan terpaku pada text-book.

3. Jangan gunakan istilah-istilah yang masih belum dipahami anak-anak.


Kita ingin agar pesan moral yang ada pada cerita dapat dengan mudah ditangkap oleh anak-anak.

Hal ini tidak akan terjadi jika anak-anak tidak memahami kata atau kalimat yang diberikan.

Jadi sebaiknya orangtua menggunakan kata-kata yang sudah dipahami oleh anak-anak,

kecuali jika kita memang bermaksud memperkenalkan kosakata baru pada mereka.

4. Jangan memotong cerita untuk diceritakan esok hari.


Seperti yang sudah ditulis di atas,

bahwa durasi mendongeng tidak perlu lama-lama. Cukup 20 menit saja.

Namun jika kemudian, karena cerita yang terlalu panjang,

lalu kita meringkasnya atau memotong ceritanya dengan niatan akan menyambungnya esok hari,

maka ini adalah sebuah tindakan yang keliru.

Bisa jadi imajinasi anak-anak yang sudah terbentuk sejak awal akan terpotong.

Dan hal ini mungkin akan menyebabkan lahirnya pemahaman yang keliru.

Pemahaman keliru yang terbawa oleh alam bawah sadar anak-anak akan membentuk karakter negatif pada diri mereka.

Pri617

Author & Editor

Bukan seorang ayah yang sempurna. Hanya berusaha mewariskan sifat baik dan sikap positif untuk anak-anak kami.

1 komentar:

  1. Duh, jadi inget masa kecil yang selalu didongengin sebelum tidur.

    ReplyDelete